Dari Mana Asalnya: Simak Sejarah Singkat Wol Pashmina

Pashmina, atau kasmir, adalah penggunaan produk sampingan hewani yang sangat praktis yakni wol yang berasal dari bulu kambing gunung Pashmina yang berasal dari dataran tinggi Himalaya di Nepal, India, dan Pakistan. Setiap tahun, kambing gunung yang dikenal sebagai changra dalam bahasa Nepal, merontokkan bulunya sebagai persiapan menghadapi teriknya bulan-bulan musim panas.

Di lokasi terpencil di mana peternak kambing membuat rumah mereka, kambing disikat dengan hati-hati selama musim rontok bulu ini, dan sebelum bulu yang berharga hilang, itu dikumpulkan untuk digunakan. Ini adalah proses yang lambat dan melelahkan, seperti halnya pembuatan selendang pashmina yang bagus tetapi berkelanjutan, dan memastikan bahwa industri ini akan terus menghasilkan barang-barang indah dan menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang lokal yang bergantung padanya.

 

Karpet dan tekstil tenunan tangan telah lama menjadi produk tradisional di Nepal. Namun belakangan ini, bisnis telah berkembang di seputar syal kasmir pashmina. Nama pashmina berasal dari kata ‘pahmineh’, yang di dalam bahasa Persia berarti ‘terbuat dari wol’. Pashmina dibentuk dengan cara memintal dengan menunggangi tangan, ditenun, serta dibordir. Sejarah dari kain wol yang dibikin di Kashmir ini bisa dijumpai pada teks-teks Afganistan yang tersedia di abad ke-3 SM serta abad ke-11 M.

Kasmir Pashmina dipintal dari bulu halus kambing gunung Himalaya yang hidup di ketinggian (di atas 15.000 kaki / 5.000 M.). Semakin dingin kondisinya, semakin baik kualitas wolnya. Kambing dari mana kasmir berasal disebut Chyangra. Kata pashmina berasal dari 'pashm' yang berarti 'lapisan dalam rambut'. 

 

Rata-rata, satu rambut manusia memiliki ketebalan 75 mikron; kasmir normal berukuran sekitar 20 mikron; Kasmir pashmina super Grade A memiliki ketebalan 12 mikron. Dengan kata lain, kasmir pashmina kualitas terbaik adalah 6 kali lebih halus dari rambut manusia! Satu kambing menghasilkan bulu yang cukup untuk 1 syal dan tiga kambing harus disisir untuk membuat satu selendang.

Selama lebih dari empat ratus tahun, pengrajin Nepal telah menenun selendang ini menggunakan tradisi yang diturunkan dari ayah ke anak. Generasi wanita Nepal dan India telah menurunkannya kepada putri mereka sebagai bagian penting dari mas kawin mereka. Selendang kasmir Pashmina pertama kali dibuat oleh pengrajin Mogul untuk diberikan Kaisar Akbar kepada istri pilihannya dan pada awal abad ke-19, selendang ini menjadi favorit Permaisuri Josephine, istri Napoleon Bonaparte.

Seperti di Prancis abad ke-19, selendang kasmir Pashmina sudah menjadi aksesori fesyen yang didambakan. Selain itu, manik-manik yang indah, terkadang dengan batu semi mulia asli, dan syal bordir sedang dibuat. Variasi desain dan warna tidak terbatas dan kualitas pengerjaannya luar biasa.

Bagaimana Pashmina dibuat?


Butuh waktu hingga tiga minggu dari awal hingga akhir untuk memproduksi selendang. Prosesnya dimulai di kaki bukit Himalaya di mana kawanan kambing secara teratur disisir dengan tangan. Proses menyisir untuk memisahkan rambut yang lebih kasar (yang digunakan untuk produk kasmir) dari rambut putih yang lembut dari bawah perut yang kemudian dikirim ke industri rumahan tempat syal dibuat. Serat bulu hewan ini dipintal dan ditenun dengan sutra pada mesin sederhana. Seorang penenun ulung bisa membuat tujuh syal sehari.

Syal tersebut kemudian dicuci dengan sabun alami dan diserahkan ke ahli pewarna. Menggunakan pewarna terbaik di dunia dari Ciba-Geigy Swiss, ahli pewarna mencampur warna sesuai pesanan. Syal direbus, hingga sembilan syal sekaligus, dalam panci logam besar di atas api gas dan terus diaduk untuk menjaga warna tetap merata.

 

Untuk membuat syal yang teduh, ahli pewarna dan asistennya harus berdiri di atas pot pewarna selama sekitar satu jam memegang salah satu ujung syal sementara warnanya meresap - proses yang sangat memakan waktu. Setelah syal keluar dari pot pewarna, syal dicuci lagi dan digantung di luar untuk dikeringkan. Mereka kemudian diteruskan ke ahli pinggiran, yang menggulung jumbai di kaki mereka dan bisa “menjumbai” delapan syal sehari jika mereka gesit. Setelah dicuci dan dikeringkan lagi, syal siap untuk disetrika dan diperiksa.

Industri wol kashmir yang masih tradisional ini berkembang pada abad 15 oleh penguasaha Kashmir yang beken yakni Zaynul Abidin. Ia juga memperkenalkan para penenun dari Asia Tenggara. Kemudian, ia memperkenalkan pashmina ke beraneka macam negara serta mendapat respons yang baik dari para pelanggan.

Mulai saat itu, keberadaan pashmina semakin diperhitungkan serta berlimpah digemari oleh berbagai macam kalangan. Pashmina juga masuk hingga ke pasar di lokasi Eropa serta berlimpah dimodifikasi guna menaikkan kualitasnya.

Kini, kita dapat menjumpai beragam pashmina dengan bahan serta motif yang berbeda-beda. metode pemakaiannya juga bisa dikreasi.