Pengertian Manajemen Adalah, Fungsi, Definisi, Sejarah (Artikel Lengkap)

Manajemen ialah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti kalau seorang manajer bertugas mengatur serta mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebentuk proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, serta pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara cespleng serta efesien. tokcer berarti bahwasanya tujuan bisa dicapai sesuai dengan perencanaan, beberapa saat efisien berarti kalau peran yang tersedia dipenuhi secara benar, terorganisir, serta sesuai dengan jadwal. Manajemen belum mendapati definisi yang luas serta diterima secara universal.

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang mendapati arti "seni melaksanakan serta mengatur." Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya di dalam konteks mengatasi kuda, yg berasal dari bahasa latin manus yang berarti "tangan". Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris jadi ménagement, yang mendapati arti seni melaksanakan serta mengatur.

Definisi Umum

Manajemen sendiri dapat didefinisikan sebagai semacam proses supaya dapat mencapai tujuan di dalam suatu organisasi yang dapat bekerja sama langsung dengan sumber daya yg dipunyai dengan tepat. metode ini tentu saja wajib dapat direalisasikan oleh siapa saja, baik seorang individu terlebih-lebih mereka yang masuk di dalam genus perusahaan.

Sejarah

Banyak kesulitan yang terjadi didalam melacak sejarah manajemen, tetapi dikenal kalau ilmu manajemen sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun kalau tidak tersedia seseorang—tanpa memedulikan apa nama untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yg mesti diimplementasikan, mengorganisir manusia dan bahan bakunya, memimpin serta mengarahkan para pekerja, serta menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin kalau segala sesuatunya dijalankan sesuai rencana.

Praktik-praktik manajemen lainnya bisa disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu jadi pusat perekonomian serta perdagangan. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis serta mengadakan berlimpah aktivitas yang lazim berlangsung di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal; pada tiap-tiap perhentian, bahan baku serta tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan acuan lini perakitan yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan, orang Venesia mendapati sistem dokumentasi serta pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, serta sistem akuntansi untuk melacak gaji dan biaya. Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen didalam empat fase, yakni pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, serta era modern.

Pemikiran awal

Sebelum abad ke-20, berlangsung dua peristiwa bernilai di dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama berlangsung pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan semacam doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. di dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan tepat guna yg akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), adalah perincian pekerjaan ke didalam tugas-tugas yg spesifik serta berulang. dengan menunggangi industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengungkapkan bahwasanya dengan sepuluh orang—masing-masing melaksanakan pekerjaan khusus—perusahaan peniti bisa membentuk kurang lebih 48.000 peniti di dalam sehari. tapi, sekiranya tiap-tiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, telah sangat hebat bila mereka mampu mendatangkan dua puluh peniti sehari. Smith menyimpulkan kalau pembagian kerja bisa menaikkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan serta kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yg terbuang didalam pergantian tugas, serta (3) menghasilkan engine serta penemuan lain yang sanggup menghemat tenaga kerja.

Peristiwa berharga kedua yg memengaruhi perkembangan ilmu manajemen ialah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya pendayagunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya aktivitas produksi dari rumah-rumah berangkat area khusus yg disebut "pabrik." Perpindahan ini menyebabkan manajer-manajer ketika itu menginginkan teori yang bisa mendukung mereka meramalkan permintaan, memilih cukupnya persediaan bahan baku, menyodorkan peranan kepada bawahan, mengarahkan kesibukan sehari-hari, serta lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan bagi para ahli.

Era manajemen ilmiah

Pada era ini ditandai dengan berkembangnya perkembangan ilmu manajemen dari kasta insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, serta Harrington Emerson Manajemen ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor didalam bukunya, Principles of Scientific Management, pada tahun 1911. Taylor mengartikan manajemen ilmiah sebagai "pendayagunaan metode ilmiah untuk memilih cara terbaik di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." sejumlah penulis semacam Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.

Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong oleh tumbuhnya pemikiran baru dari Henry Gantt serta keluarga Gilberth. Henry Gantt. yg pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company, menggagas ide kalau seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) serta kooperatif. Ia juga mendesain sebentuk grafik untuk menopang manajemen yg disebut sebagai Gantt chart yg dipakai untuk merancang serta mengontrol pekerjaan. beberapa saat itu, pasangan suami-istri Frank serta Lillian Gilbreth berhasil membentuk micromotion, semacam alat yang sanggup mencatat setiap gerakan yg dilangsungkan oleh pekerja serta lamanya waktu yg dihabiskan untuk menggarap setiap gerakan tersebut. Alat ini dikenakan untuk menata sistem produksi yang lebih efesien.

Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, merupakan teori terhadap apa yang sebaiknya digarap untuk para manajer serta bagaimana teknik membangun praktik manajemen yg baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima peran prinsipil manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, serta mengendalikan.

Gagasan Fayol itu kemudian mulai dibutuhkan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, serta terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang ialah dasar-dasar serta nilai yg menjadi inti dari keberhasilan suatu manajemen.

Sumbangan bermanfaat lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menjelaskan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan serta ketetapan yang rinci, serta beberapa hubungan yg impersonal. akan tetapi, Weber menyadari bahwasanya bentuk "birokrasi yang ideal" itu enggak ada di dalam realita. Dia menjabarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori berkenaan bagaimana pekerjaan bisa diadakan di dalam klasifikasi besar. Teorinya tersebut jadi contoh arsitektur struktural bagi berlimpah organisasi besar sekarang ini.

Perkembangan seterusnya terbentuk pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett mencetuskan ilmu riset operasi, yang adalah kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dipahami dengan "manajemen sains", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan permasalahan di dalam manajemen, khususnya di bidang logistik serta operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan satu di antara buku paling awal mengenai manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian berkenaan organisasi.

Era manusia sosial

Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) didalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tak menemukan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis primer dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dipahami sebagai eksperimen Hawthorne.

Eksperimen Hawthorne digelar pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthorne kepunyaan Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bermaksud mengamati pengaruh beraneka ragam tingkat penerangan lampu tentang produktivitas kerja. Hasil kajian memperlihatkan bahwasanya ternyata insentif semacam jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, atau upah lebih sedikit pengaruhnya mengenai output pekerja dibanding dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, dan rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwasanya norma-norma sosial maupun standar klasifikasi yakni penentu baku perilaku kerja individu.

Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang memperoleh pendidikan di bidang filosofi serta ilmu politik jadi populer selepas menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk meluak konflik tanpa kompromi maupun dominasi. Follet juga membenarkan bahwasanya peranan seorang pemimpin ialah untuk memilih tujuan organisasi serta mengintegrasikannya dengan tujuan individu serta tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwasanya organisasi harus didasarkan pada etika klasifikasi daripada individualisme. Dengan demikian, manajer serta karyawan seyogianya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.

Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menjabarkan semacam teori organisasi didalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. meninjau perbedaan antara motif pribadi serta organisasi, Barnard menggambarkan dikotonomi "efektif-efisien". Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, serta efisiensi ialah sejauh mana motif-motif individu bisa terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu yang mewujudkan kerja sama, tujuan bersama, serta komunikasi sebagai elemen universal, beberapa saat itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, serta pemeliharaan perasaan harga diri lebih diperlukan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" yang didasarkan pada gagasan bahwasanya atasan cuma mempunyai kewenangan andaikata bawahan menerima otoritasnya.

Era modern

Era modern ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) pada abad ke-20 yang diperkenalkan oleh sejumlah guru manajemen, yg paling beken di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).

Deming, orang Amerika, dinobatkan sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat kalau kebanyakan persoalan di dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan substansialnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas bisa ditingkatkan, (1) cost akan berkurang karena berkurangnya budget perbaikan, kurangnya kesalahan, sedikitnya penundaan, serta pemanfaatan yg lebih baik atas waktu serta material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa pasar bertambah sebab ekskalasi kualitas serta penurunan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga bisa bertahan didalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin konsep untuk meringkas pengajarannya mengenai pertumbuhan kualitas.

Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menuturkan bahwasanya 80 persen cacat disebabkan sebab faktor-faktor yang sungguh bisa dikontrol oleh manajemen. Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yg memasukkan perencanaan, kontrol, serta kemajuan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk meyakinkan satu wilayah yang menghadapi kontrol kualitas yg buruk. wilayah tersebut kemudian dianalisis, kemudian diproduksi solusi serta diimplementasikan.

Teori Manajemen ilmiah

Manajemen ilmiah (scientific management) menekankan pekerjaan serta praktik manajemen yang berbasis ilmiah sebagai teknik untuk menaikkan efisiensi serta produktivitas pekerja. Pada akhir tahun 1800-an, seorang insinyur muda, Frederick Winslow Taylor (1856-1915), menyarankan bahwasanya pekerja “dapat disetel ulang semacam mesin, serta perkakas badan serta mental mereka bisa di kalibrasi untuk memperbaiki produktivitas”. Taylor bersikeras bahwasanya menambah produktivitas berarti manajemen itu sendiri wajib berubah, serta lebih jauh lagi teknik berubah tersebut cuma bisa dikategorikan oleh penelitian ilmiah. Oleh sebab pemikiran inilah kata manajemen ilmiah muncul. Taylor menyarankan kalau keputusan yang dijalani berdasarkan resep serta tradisi lama wajib diganti dengan prosedur cermat yg dirumuskan sesudah pelbagai situasi disimak secara tunggal.

Falsafah Taylor terangkum didalam pernyataannya, “Di masa lampau manusia menempati posisi terpenting. Di masa depan, sistemlah yang wajib mendapati posisi terpenting”. Pendekatan manajemen ilmiah diilustrasikan oleh proses pembongkaran besi dari lori serta membongkar baja yg telah diwujudkan untuk pabrik Bethlehem Steel di tahun 1898. Taylor menghitung kalau dengan pergerakan, peralatan, serta urutan yg tepat, setiap pekerja bisa mengangkut 47,5 ton besi serta baja per hari, lebih gede dari 12,5 ton biasanya. Ia juga membikin sistem insentif untuk membayar setiap pekerja sebesar 1,85 dolar per hari andaikata mereka memenuhi target yg baru, lebih tinggi dari bayaran sebesar 1,15 dolar sebelumnya. Produktivitas Bethlehem Steel pun melonjak di dalam sekejap.

Meski dipahami sebagai bapak manajemen ilmiah, Taylor gak sendirian di bidang ini. Henry Gantt, rekan taylor, mempersiapkan Bagan Gantt, semacam grafik batang yg mengukur pekerjaan yang sudah direncanakan serta diselesaikan serta setiap tahap produksi serta waktu yg dibutuhkan. Dua pionir berarti lainnya di bidang ini ialah pasangan suami-istri Frank B serta Lillian M. Gilbreth. Frank B. Gilbreth (1868-1924) menggagas penelitian waktu serta pergerakan dan berlimpah teknik manajemen yg berbeda dengan penelitian Taylor. Ia mengutamakan efisiensi serta terkenal karena pencariannya akan metode bekerja terbaik. Meski Frank diketahui lewat karya awalnya yang membahas tukang batu, karyanya berdampak besar bagi bidang bedah medis sebab dapat menyusutkan waktu yg dihabiskan pasien di meja bedah. Para ahli bedah mampu menyelamatkan berlimpah nyawa dengan menerapkan hasil penelitian waktu serta pergerakan. Lillian M. Gilbreth (1878-1972) lebih tertarik dengan aspek manusiawi dari pekerjaan. Ketika suaminya meninggal di usia 56 tahun, ia mempunyai 12 anak yg berusia 2 hingga 19 tahun. istilah “ibu manajemen” pantas diraihnya berkat karya-karyanya. Ia menggantikan suaminya dengan menyampaikan sebentuk makalah, melanjutkan seminar serta konsultasi yang mereka sering adakan, memberi kuliah, serta akhirnya jadi profesor di Purdue University. Ia jadi pionir di bidang psikologi industri serta menyodorkan kontribusi berharga bagi manajemen sumber daya manusia.

Untuk memakai ide-ide dasar manajemen ilmiah, para manajer mesti memproduksi metode standar untuk melaksanakan setiap pekerjaan, menetapkan pekerja dengan kemahiran yg sesuai, mengajarkan metode standar kepada pekerja, mendukung pekerja serta meredakan gangguan, dan mempersembahkan insentif gaji.

Ide-ide manajemen ilmiah yang dirintis Taylor meninggikan produktivitas industri luas secara tajam, serta masih bermanfaat hingga sekarang. suatu ulasan Harvard Business Review baru-baru ini yang membahas inovasi yang menjadikan manajemen modern menempatkan manajemen ilmiah di daftar 12 inovasi berpengaruh. sebenarnya benar, ide menata sistem yang menguatkan efisiensi maksimal serta mengorganisasikan pekerjaan supaya mencapai produktivitas maksimal amat berakar didalam organisasi kita.

Tapi, karena mengabaikan konteks sosial serta keinginan pekerja, manajemen ilmiah mengundang konflik serta kadang-kadang pertentangan keras yang makin membesar antara manajer dengan karyawan. Dengan sistem ini, para pekerja dering merasa di eksploitasi, suatu hal yg sangat bertentangan dengan harmoni serta kerja sama yang diangankan oleh Taylor serta para pengikutnya.

Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kuantitatif yaitu penerapan beberapa teknik kuantitatif—seperti statistik, tipe optimasi, gaya informasi, maupun simulasi komputer—untuk menunjang manajemen menempuh keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear dimanfaatkan para manajer untuk mendukung menempuh kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) bisa dibutuhkan untuk memproduksi penjadwalan kerja yang lebih efesien; acuan kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) menopang manajer memilah tingkat persediaan optimum; serta lain-lain.

Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika serta statistik tentang persoalan militer selama Perang Dunia II. Selepas perang berakhir, cara-cara matematika serta statistika yg dibutuhkan untuk mengatasi persoalan-persoalan militer itu diaplikasikan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yg dijuluki "Whiz Kids." Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini memakai metode statistik serta model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.

Klasifikasi

Ada 6 rupa teori manajamen diantaranya:
  1. Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian serta kesanggupan manajemen diperlukan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
  2. Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia serta perlunya manajemen mengerti manusia.
  3. Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini memakai matematika serta ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif adalah fasilitas prinsipil serta sangat berguna untuk menggambarkan masalah manajemen.
  4. Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yg berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
  5. Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yg didapat bukannya pada interaksi kesibukan karyawan.
  6. Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan maupun konsumen.

Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen ialah elemen-elemen dasar yg selalu berapit dalam proses manajemen serta dijadikan acuan manajer di dalam melaksanakan aktivitas tersebut. peran manajemen yg paling mendasar yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), serta pengawasan (controlling). Di bawah ini dijelaskan peranan manajemen sebagai berikut planning, organizing, staffing, leading, serta controlling. Berikut ialah tugas lengkapnya:

1.Merencanakan maupun planning

Fungsi pertama dari manajemen yakni untuk memproduksi semacam perencanaan maupun planning. beberapa saat draf sendiri merupakan hal yang sungguh-sungguh dikenakan oleh sebentuk perusahaan bila mereka mempunyai tujuan yang jelas. Bila tanpa rencana, tujuan yg telah dibentuk akan betul-betul sulit dapat tercapai.

Beberapa hal yang mampu dibuat didalam perencanaan kayak membentuk suatu target yg spesifik, membentuk suatu acara kegiatan, mengerjakan pengaturan mana urutan yg harus ditunaikan lebih dulu, menyusun berapa anggaran cost yang mesti dikeluarkan, mempersiapkan SIP yang akan berhubungan langsung dengan berjalannya pekerjaan.

2. Mengorganisasi maupun organizing

Mengorganisasi ialah satu di antara teknik untuk membagi sebentuk kesibukan yang tadinya besar jadi kecil. beberapa saat untuk metodenya sendiri dapat dengan membagikan peranan pada sebagian orang yg sememangnya berterlatih didalam bidangnya. Ini dilaksanakan supaya perusahaan dapat gampang mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Beberapa metode pengorganisasian yg dilancarkan, misalnya saja semacam mempersiapkan bangunan struktur organisasi, memutuskan bagaimana job deskripsi yang lengkap, memberikan kewajiban, dan membedakan antara staff serta juga atasan.

3. Melaksanakan pengarahan ataupun directing

Pengarahan sangatlah digunakan sebagai teknik ataupun upaya supaya semua SDM dalam perusahaan dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yg sudah direncanakan. sebagian cara yang dapat diadakan, kayak menyerahkan semacam fungsi yang teratur maupun dapat juga dengan menjabarkan kebijakan yg telah dikelompokkan oleh perusahaan.

4. Staffing ataupun penempatan

Fungsi manajemen ini memang tidak terlalu jauh berbeda dengan metode pengorganisasi. tapi bila di dalam pengorganisasian akan lebih berfokus pada SDM, beberapa saat staffing akan berfokus pada penempatan yang akan tertuju pada sumber dayanya secara umum.

5. Kordinasi maupun coordinating

Fungsi manajemen yg terakhir ialah mengkordinasi para karyawan maupun SDM didalam suatu organisasi supaya dapat menambah efektifitas dan efisiensinya di dalam bekerja. Ini juga dapat membantu karyawan  serta perusahaan supaya akan membawa dampak suatu lingkungan kerja sehat, dinamis, nyaman serta yang lainnya. umumnya peran manajemen ini akan dilancarkan oleh seorang manajer didalam perusahaan. Sehingga dengan kata lain, manager sendiri akan memegang fungsi berharga sebab mendapati kunci dari tugas koordinasi para staff perusahaan supaya dapat meninggikan kinerjanya.

Sarana

Sarana manajemen yaitu objek maupun subjek yg diperlukan di dalam proses manajemen untuk bisa mencapai tujuan organisasi. pelayanan manajemen ataupun tools of management ialah syarat supaya suatu usaha bisa mencapai hasil yang sudah dikategorikan. layanan manajemen ini terdiri dari 6 elemen yang umum dipahami sebagai 6M, yakni sebagai berikut:

Manusia merupakan faktor yg paling memilah dalam semacam manajemen. Manusia ialah subjek yg dapat mengakibatkan suatu tujuan serta menjalankan proses untuk mencapai tujuan tersebut. Manusia yaitu pencipta serta penggerak semacam manajemen. Tanpa adanya manusia aktivitas manajemen enggak akan pernah terjadi. Oleh karena itu manajemen tercipta sebab adanya manusia yg saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Uang yaitu satu di antara prasarana yang enggak dapat diabaikan. Uang ialah alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar ataupun kecilnya suatu hasil kesibukan bisa diukur dengan jumlah uang yg beredar didalam perusahaan. Hal ini berkaitan dengan seberapa besar uang yang wajib tersedia untuk membiayai perkakas yg diperlukan, tenaga kerja dan hasil yg akan dicapai oleh organisasi. Oleh sebab itu peran uang didalam manajemen sungguh-sungguh berarti sebab segala sesuatu harus dengan cost yang bisa diperhitungkan secara rasional.

Materials maupun bahan merupakan komponen-konstituen yang dipakai dalam aktivitas manajemen, bahan ini dapat terdiri dari bahan setengah menjadi (raw material) maupun bahan jadi. Contohnya kayak kain didalam perusahaan pakaian ataupun bahan-bahan lain yg sesuai dengan bidang organisasi tersebut bergerak, kayak perusahaan jasa, perusahaan manufaktur dll. Semua bahan yg dimanfaatkan umumnya akan berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan lain.

Dalam dunia manajemen selain mempunyai manusia yang ahli di dalam bidangnya, pemahaman terhadap pemakaian bahan yg baik, efisien serta efisien yaitu satu di antara usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Dalam kesibukan manajemen, machine ialah prasarana yang betul-betul dibutuhkan. Dengan adanya machine kesibukan manajemen akan lebih dimudahkan. Selain itu keberadaan machine dakan bisa menekan biaya, memproduksi efisiensi kerja serta menata keuntungan bagi perusahaan. Contohnya kayak pemakaian komputer di dalam aktivitas administrasi maupun aktivitas lainnya.

Metode maupun metode kerja di dalam pelaksanaan manajemen merupakan suatu keharusan. Metode ataupun cara kerja ialah jalan ataupun teknik yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi ataupun kesibukan dengan mempertimbangkan sasaran yang hendak dicapai, sarana yg tersedia, pemakaian waktu serta uang dan aktivitas itu sendiri.

Metode yg baik dapat membawa dampak pekerjaan jadi lebih lancar serta sebaliknya metode yang buruk akan mempersulit jalannya pekerjaan. akan tetapi mesti diingat walaupun suatu metode amat baik tapi jika orang yg mempraktikkan metode tersebut tidak memahami maupun enggak profesional maka hasilnya akan buruk. Oleh sebab itu di dalam mengaplikasikan suatu metode digunakan manusia yg berkualitas setra profesional.

Market maupun pasar adalah pelayanan penyaluran hasil manajemen. Hasil manajemen ialah sebuh produk maupun jasa, apa bila produk maupun jasa tersebut gak laku dipasaran maka otomatis proses produksi akan berhenti artinya proses kerja (manajemen) juga gak akan berlangsung. Oleh karena itu pengausaan pasar di dalam artian memasarkan produk hasil produksi merupakan faktor yg memilih dalam perusahaan. supaya pasar bisa dikuasai maka mesti mempertimbangkan produk akhir yang akan dipasarkan kayak misalnya didalam hal kualitas, harga, selera serta daya beli konsumen.

Prinsip Manajemen

Prinsip-prinsip di dalam manajemen bersifat lentur di dalam arti kalau mesti dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus serta situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip lazim manajemen ini terdiri dari:
  • Pembagian kerja (division of work)
  • Wewenang serta tanggungan (authority and responsibility)
  • Disiplin (discipline)
  • Kesatuan perintah (unity of command)
  • Kesatuan pengarahan (unity of direction)
  • Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests)
  • Pembayaran upah yg adil (renumeration)
  • Pemusatan (centralisation)
  • Hierarki (hierarchy)
  • Tata tertib (order)
  • Keadilan (equity)
  • Stabilitas suasana karyawan (stability of tenure of personnel)
  • Inisiatif (Inisiative)
  • Semangat kesatuan (esprits de corps)

Manajer

Manajer yaitu seorang anggota organisasi yg bertugas mengarahkan, memadukan, mengawasi serta mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan yang dijalankan oleh anggota organisasi yang lain. Para manajer ini bekerja di dalam suatu organisasi.


Tingkatan manajer

Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering digabungkan jadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, serta manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih banyak di bagian bawah daripada di puncak).

Manejemen lini pertama (first-line management), diketahui pula dengan nama manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin serta mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat didalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, maupun mandor (foreman).

Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama serta manajemen puncak serta bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yg termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, maupun manajer divisi.

Manajemen puncak (top management), dipahami pula dengan nama executive officer, bertugas merencanakan aktivitas serta strategi perusahaan secara lazim serta mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), serta CFO (Chief Financial Officer).

biarpun demikian, gak semua organisasi bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan mengeksploitasi bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel serta sederhana, dengan pekerjaan yg dikonkretkan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan permintaan pekerjaan.

Peran manajer

Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwasanya tersedia sepuluh peranan yang dimainkan oleh manajer di lokasi kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh fungsi itu ke didalam tiga kelompok. Yg pertama yaitu peranan antar pribadi, ialah melibatkan orang sertatanggunganlain, yang bersifat seremonial serta simbolis. peranan ini meliputi peranan sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, serta penghubung. yg kedua ialah peranan informasional, meliputi tugas manajer sebagai pemantau serta penyebar informasi, dan peran sebagai juru bicara. yang ketiga yakni peranan pengambilan keputusan, meliputi fungsi sebagai seorang wirausahawan, pemecah persoalan, pembagi sumber daya, serta perunding.

Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwasanya secara garis besar, kegiatan yg ditunaikan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan manajer

Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwasanya setiap manajer memerlukan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut yakni:
  • Keterampilan konseptual (conceptional skill)
  • Manajer tingkat atas (top manager) kudu mempunyai keterampilan untuk menggarap konsep, ide, serta gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan maupun ide dan konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan jadi suatu agenda kesibukan untuk memanifestasikan gagasan maupun konsepnya itu. Proses penjabaran ide jadi suatu draf kerja yang konkret itu lazimnya disebut sebagai proses perencanaan maupun planning. Oleh sebab itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk menggarap rencana kerja.
  • Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
  • Selain keandalan konsepsional, manajer juga kudu dilengkapi dengan penguasaan berkomunikasi maupun keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yg persuasif perlu selalu diciptakan oleh manajer tentang bawahan yg dipimpinnya. Dengan komunikasi yg persuasif, berteman-teman TransKerja.com, serta kebapakan dapat mengakibatkan karyawan merasa dihargai serta kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi dibutuhkan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, atau bawah.
  • Keterampilan teknis (technical skill)
  • Keterampilan ini pada biasanya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yg lebih rendah. Keterampilan teknis ini adalah kesanggupan untuk memimpin suatu pekerjaan tertentu, misalnya memakai program komputer, memperbaiki mesin, mempersiapkan kursi, akuntansi serta lain-lain.

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang mesti dimiliki manajer, yaitu:

Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yg merujuk pada kesanggupan seorang manajer untuk memakai waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. jikalau diasumsikan kalau ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana bisa kita lihat bahwasanya setiap menit yg terbuang akan amat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, mesti saja, mendapati gaji yg jauh lebih kecil dari Frankfort. tapi, waktu yg mereka miliki selalu yakni aset berharga, serta menyianyiakannya berarti membuang-buang uang serta mengecilkan produktivitas perusahaan.

Keterampilan menggarap keputusan

Merupakan kesanggupan untuk mendefinisikan persoalan serta memilah cara terbaik didalam memecahkannya. keandalan membentuk keputusan ialah yg paling esensial bagi seorang manajer, khususnya bagi genus manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah di dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer mesti mendefinisikan dilema serta menelusuri berbagai silihan yang mampu diikuti untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer wajib mengevaluasi setiap silihan yang tersedia serta meneguhkan semacam silihan yang dianggap paling baik. serta terakhir, manajer harus mengimplementasikan silihan yang sudah ia pilih dan mengawasi serta mengevaluasinya supaya selalu berada di jalur yg benar.

Etika

Etika manajerial adalah standar prilaku yg memandu manajer di dalam pekerjaan mereka. tersedia tiga genus klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:
  • Perilaku tentang karyawan
  • Perilaku mengenai organisasi
  • Perilaku mengenai agen ekonomi lainnya

Bidang manajemen

  • Manajemen administrasi perkantoran
  • Manajemen komunikasi
  • Manajemen constraint
  • Manajemen biaya
  • Manajemen hubungan pelanggan
  • Manajemen harga pendapatan
  • Manajemen enterprise
  • Manajemen fasilitas
  • Manajemen integrasi
  • Manajemen pengetahuan
  • Manajemen pemasaran
  • Manajemen mikro
  • Manajemen sakit
  • Manajemen pandangan
  • Manajemen pengadaan
  • Manajemen program
  • Manajemen projek
  • Manajemen proses
  • Manajemen produksi
  • Manajemen kualitas
  • Manajemen sumber daya manusia
  • Manajemen akibat
  • Keahlian manajemen
  • Manajemen pengeluaran
  • Manajemen rantai suplai
  • Manajemen sistem
  • Manajemen waktu
  • Manajemen stress
  • Manajemen strategis
  • Manajemen finansial
  • Manajemen personalia
  • Manajemen organisasi
  • Manajemen Pertunjukan
  • Manajemen Persiapan serta Pelaksanaan
  • Manajemen Pendidikan