Cara Membuat Masker Lidah Buaya Untuk Wajah Kering

Apa Itu Lidah Buaya

Lidah buaya (Aloe vera) ialah spesies tumbuhan dengan daun berdaging tebal dari genus Aloe. Tumbuhan ini bersifat menahun, berasal dari Jazirah Arab, beserta tanaman liarnya sudah menyebar ke kawasan beriklim tropis, semi-tropis, serta kering di berbagai belahan dunia. Tanaman lidah buaya banyak dibudidayakan untuk pertanian, pengobatan, serta tanaman hias, serta bisa juga ditanam didalam pot.

Lidah buaya banyak didapatkan didalam produk kaya minuman, olesan untuk kulit, kosmetika, ataupun obat luar untuk luka bakar. Walaupun banyak dimanfaatkan secara tradisional atau komersial, uji klinis tentang tanaman ini belum membuktikan keefektifan maupun keamanan ekstrak lidah buaya untuk pengobatan ataupun kecantikan.

Ciri-Ciri Aloe Vera

Aloe vera yakni tumbuhan tanpa batang maupun berbatang pendek, dengan tinggi hingga 60–100 cm serta bisa berkembang biak dengan tunas. Dedaunannya berdaging tebal, berwarna hijau ataupun hijau keabuan, serta sejumlah varietas mendapati bintik putih pada permukaan batangnya. Pinggir daunnya berbentuk serrata (seperti gergaji) dengan gerigi putih kecil. Bunga-bunganya tumbuh pada musim panas di semacam tangkai setinggi hingga 90 cm. Setiap bunga tersebut berposisi menggantung, serta mahkotanya berbentuk tabung sepanjang 2–3 cm. semacam spesies-spesies Aloe lainnya, Aloe vera membikin simbiosis mikoriza arbuskula bersama jamur, sehingga meluaskan ketersediaan mineral dari tanah. Daun Aloe vera mengandung senyawa-senyawa fitokimia yg sedang diteliti bioaktivitasnya, semacam senyawa manan terasetilasi, polimanan, antrakuinon C-glikosida, beserta senyawa antrakuinon lain kaya emodin beserta senyawa-senyawa lektin.

Penggolongan beserta Penamaan

Selain Aloe vera, lidah buaya mendapati banyak kata ilmiah sinonim: A. barbadensis Mill., Aloe indica Royle, Aloe perfoliata L. var. vera and A. vulgaris Lam. sebutan kedua (epitet spesifik) vera berasal dari bahasa Latin yang berarti "sungguhan" ataupun "asli". sejumlah literatur menyebut Aloe vera dengan bintik-bintik putih sebagai Aloe vera var. chinensis; termuat juga pendapat bahwa Aloe vera berbintik tersebut masih satu spesies dengan A. massawana. Deskripsi spesies lidah buaya pertama kali dibuat oleh Carolus Linnaeus pada 1753 dengan sebutan Aloe perfoliata var. vera. Deksripsi lidah buaya kemudian dibuat lagi oleh Nicolaas Laurens Burman dengan sebutan Aloe vera di dalam Flora Indica pada 6 April 1768, beserta sekali lagi oleh Philip Miller dengan istilah Aloe barbadensis di dalam Gardener's Dictionary sepuluh hari kemudian.

Penelitian dengan teknik-teknik perbandingan DNA mengekspos bahwa Aloe vera berkerabat relatif dekat dengan Aloe perryi, semacam spesies endemik dari Yaman.. Perbandingan DNA lain dengan teknik perbandingan urutan DNA kloroplas serta pemrofilan mikrosatelit menampilkan kekerabatan dekat dengan Aloe forbesii, Aloe inermis, Aloe scobinifolia, Aloe sinkatana, and Aloe striata. Kecuali A. striata yg berasal dari Afrika Selatan, spesies-spesies Aloe tersebut berasal dari Kepulauan Suquthra/Sokotra di Yaman, Somalia, beserta Sudan. Akibat tak jelasnya asal populasi alamiah dari lidah buaya, sebagian penulis berpendapat bahwa Aloe vera kemungkinan berasal dari hasil persilangan.

Persebaran

Lidah buaya dianggap sebagai spesies asli Jazirah Arab bagian barat daya. akan tetapi, manusia sudah menanamnya di berbagai belahan dunia, sehingga mendapati naturalisasi di berbagai daerah kaya Afrika Utara, Sudan beserta negara-negara sekitarnya, Spanyol Selatan, Kepulauan Kanarias, Tanjung Verde, Kepulauan Madeira. Spesies ini juga mulai dibudidayakan di Tiongkok beserta Eropa bagian selatan sejak abad ke-17. Kini, tanaman ini banyak dibudidayakan di kawasan tropis beserta subtropis, dan kawasan-kawasan kering di Benua Amerika, Asia, serta Australia.

Budidaya

Budidaya lidah buaya di dalam skala besar tumbuh di Australia, Bangladesh, Kuba, Republik Dominika, Tiongkok, Meksiko, India, Jamaika, Spanyol, Kenya, Tanzania, Afrika Selatan, beserta Amerika Serikat. Hasil pertanian lidah buaya banyak dijadikan bahan baku kosmetika. Spesies ini juga banyak ditanam sebagai tanaman hias sebab kekhasan bentuknya, bunganya, beserta daunnya yang berdaging tebal. Selain itu, lidah buaya juga ditanam di kebun karena secara reputasinya sebagai tumbuhan obat. sebab daunnya yg tebal sehingga memudahkan mencatat air, tanaman ini pas untuk kebun-kebun di tempat bercurah hujan rendah. Tanaman ini mampu hidup di zona 8 hingga 11 di dalam sistem penomoran Kementerian Pertanian AS, akan tetapi tidak tahan jalad (embun beku) maupun salju. Spesies ini mempunyai ketahanan relatif tinggi mengenai kebanyakan hama serangga, tetapi rentan terganggu oleh grup Tetranychidae ("kutu laba-laba"), Pseudococcidae ("koya"), Coccoidea ("serangga sisik"), beserta Aphidoidea ("kutu daun").

Jika ditanam di dalam pot, lidah buaya memerlukan tanah yang cukup kering beserta berpasir dan cahaya matahari yang cukup. Tanaman Aloe bisa "terluka bakar" apabila terkena matahari yg terlalu kuat beserta bisa mengerut seumpama tanahnya terlalu lembap. Pot tanah liat (terakota) yang berpori bisa membantu membela tanah tentu kering. Penyiraman tanaman ini cuma dianjurkan setelah tanah telah benar-benar kering. didalam pot, tunas-tunas kecil bisa tumbuh di sekitar tanaman asli, serta bisa dipindahkan ke pot lain agar tanaman induknya mempunyai ruang cukup untuk tumbuh serta untuk menjauhi serangan hama. Pada negara dengan musim dingin, lidah buaya bisa berhenti tumbuh beberapa saat saat suhu terlalu dingin, sehingga diperlukan tambahan kelembapan. di tempat yg mendapati jalad maupun salju, tanaman ini bisa disimpan didalam ruangan ataupun di tempat tinggal kaca yg dihangatkan.

penerapan


Produk kesehatan komersial
Dua zat yang dihadapi dari lidah buaya dibutuhkan dalam produk kesehatan komersial, adalah gelnya yg tidak berwarna ataupun lateksnya yang berwarna kuning. Gel lidah buaya dipakai untuk obat oles untuk berbagai gejala kulit, kaya luka bakar, luka, radang, radang dingin, psioriasis, Herpes labialis, maupun kulit terlalu kering. Lateks lidah buaya dijadikan produk (baik bahan itu sendiri atau digabungkan dengan bahan lain) untuk obat yg ditelan untuk menyembuhkan sembelit.

Penelitian Manfaat
Menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH), tak ada bukti ilmiah yg cukup bahwa lidah buaya benar-benar efektif didalam penerapannya oleh grup biasa, termasuk sebagai obat luar untuk penyembuhan luka. beberapa saat itu, situs kesehatan Drugs.com menyebut bahwa ada bukti yang saling bertentangan (mendukung atau menolak) terhadap pemakaian lidah buaya untuk menyembuhkan luka beserta luka bakar. Situs itu juga mengungkapkan adanya sedikit bukti bahwa pemakaian topikal produk-produk lidah buaya bisa membantu penyembuhan gejala psioriasis ataupun radang tertentu pada kulit.

Suplemen Makanan
Gel lidah buaya banyak ditambahkan di dalam produk-produk komersial kaya yogurt, minuman, serta makanan-makanan manis. Jus lidah buaya sering dipromosikan manfaatnya untuk sistem pencernaan, tapi penelitian ilmiah tidak menjumpai bukti klaim ini serta badan-badan pengawas makanan beserta obat-obatan juga belum tersedia yg menyetujui klaim tersebut.

Pengobatan Tradisional
Lidah buaya dimanfaatkan dalam berbagai ilmu pengobatan tradisional untuk mengobati kulit. Catatan sejarah terawal pemakaian lidah buaya ditemukan di Papirus Ebers dari Mesir abad ke-16 SM.:18 Pada abad ke-1 M, pendayagunaannya dicatat di dalam De Materia Medica karya tabib Yunani Pedanius Dioskorides, beserta Naturalis Historia karya penulis Romawi Plinius Tua.:20 Di Bizantium abad ke-6 M, pendayagunaan tanaman ini dicatat didalam Juliana Anicia Codex.:9 didalam pengobatan Ayurweda tumbuhan ini disebut kathalai (sama dengan tumbuhan agave). :196 (lidah buaya), 117 (agave).

Produk Lain
Lidah buaya dipakai dalam produk tisu wajah serta dipromosikan sebagai pelembap beserta anti-radang untuk hidung. Perusahaan-perusahaan kosmetik menambahkan getah lidah buaya ataupun bahan-bahan turunan lainnya di dalam produk-produk semacam makeup, tisu, pelembap, sabun, tabir surya, krim cukur, beserta sampo. sebentuk tinjauan akademis menerangkan bahwa bahan-bahan lidah buaya ditambahkan karena efeknya sebagai pelembap serta pelunak.

Sifat Racun

Senyawa aloin yg dihasilkan sejumlah spesies Aloe adalah bahan biasa di dalam pencahar yg dijual bebas di Amerika Serikat hingga tahun 2002. Pada tahun tersebut, Badan Pengawas Obat beserta Makanan AS melarang bahan tersebut karena perusahaan-perusahaan produsennya tak menawarkan data keselamatan yang cukup. Lidah buaya berpotensi mempunyai sifat racun, serta pada dosis tertentu akan menimbulkan sifat racun terlebihnya ketika ditelan. Sifat racun ini bisa dikurangi saat senyawa aloin dipisahkan saat perbahanan, yang terjadi ketika warna lidah buaya dihilangkan. kedapatan bukti kuat bahwa konsumsi ekstrak lidah buaya berlebihan memajukan acara karsinogen (pembentukan tumor) pada tikus percobaan, tapi efek ini tak tumbuh pada ekstrak yang warnanya dihilangkan. Lidah buaya yg dikonsumsi dengan metode ditelan juga bisa merampingkan kadar gula darah, menimbulkan kram perut, diare, serta hepatitis akut, tapi bukti efek-efek ini masih belum pasti. Konsumsi lidah buaya secara kronik maupun terus-menerus (1 gram per hari) bisa mengakibatkan efek samping berupa hematuria, penurunan berat badan, dan kelainan jantung ataupun ginjal. Menurut NIH, pemakaian ekstrak lidah buaya dengan teknik dioles kemungkinan besar aman. Mengikuti pedoman dari Proposisi 65 Kalifornia 1986, Dinas Penilaian Bahaya Kesehatan grup (OEHHA) negara bagian tersebut memasukkan lidah buaya sebagai "bahan kimia yang dipahami negara bagian ini memicu kanker serta racun untuk peranan reproduksi".

Produk lidah buaya yang ditelan bisa mengakibatkan efek samping akibat interaksi dengan obat-obat resep, semacam obat darah beku, diabetes, penyakit jantung, bahan-bahan penurun kadar kalium (seperti Digoxin), serta diuretik.